AlfhaZona - Teka-teki keberadaan Benua Atlantis belum terpecahkan sampai saat ini. Meski demikian, berbagai macam perkiraan terus muncul.
Berdasarkan buku "Timaeus and Critias" karya pemikir asal Yunani, Plato, benua ini dikabarkan berada di antara Benua Afrika dan Amerika. Walaupun sampai saat ini belum bisa ditemukan jejaknya.
Beberapa orang malah menyebut yang disebut Atlantis berada di Indonesia. Pakar Hidrologi Dhani Irwanto salah satunya. Dia memperkirakan Benua Atlantis terdapat di Laut Jawa.
Dhani tidak seorang diri. Ada dua orang sudah lebih dulu menelurkan teori mirip-mirip. Peneliti asal Brazil, Prof. Arysio Nunes do Santos, dari hasil penelitiannya menyatakan Atlantis terletak di Indonesia. Kemudian, ilmuwan Stephen Oppenheimer dalam bukunya "Eden in The East" menyebut Atlantis berada di Asia Tenggara.
Teori dibangun Dhani berpijak dari hasil analisa atas buku Plato. Dia meyakini Atlantis berada pada kemiringan satu derajat menurun mulai dari Pulau Kalimantan.
"Plato menceritakan dataran Atlantis adalah dataran rata dan halus, serta turun menuju laut," kata Dhani usai peluncuran bukunya berjudul "Atlantis The Lost City Is In Java Sea" kemarin.
Menurut Dhani, Plato menyebut Atlantis merupakan dataran dikelilingi oleh pegunungan yang indah berukuran besar dan kecil. Menurut hasil analisa, Dhani meyakini lokasi dimaksud adalah Pegunungan Muller Schwaner dan Meratus.
Dhani meyakini Atlantis menghadap ke selatan dan terlindung di sebelah utara, serta berbentuk persegi dan lonjong. Panjangnya sekitar 555 kilometer dan lebarnya 370 kilometer. "Tanahnya subur, rakyatnya makmur, banyak sungai, kaya, dan banyak padang rumput," tambah Dhani.
Dhani menambahkan, saluran-saluran diceritakan oleh Plato merupakan sungai-sungai yang berasal dari Pegunungan Muller Schwaner dan Meratus. Pada saat itu, menurut dia, Pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan masih menyatu dalam sebuah dataran.
"Sungai menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat," tambah Dhani.
Teori Dhani menyimpulkan Atlantis merupakan pulau terletak di atas Pulau Bawean, dan kemudian tenggelam oleh gempa dan tsunami. Menurut dia, "Plato menyebut Atlantis terletak dalam sebuah selat yang mempunyai pelabuhan. Itu berada di Laut Jawa." Dia meyakini Pulau Bawean adalah model dari Atlantis. Sebab menurut dia, tempat itu memiliki lingkungan, susunan geologi dan kegiatan tektonik sama persis dengan Atlantis.
Berangkat dari kesimpulan itu, Dhani menyatakan Pulau Bawean dan Atlantis terletak pada busuk Bawean. Tempat itu terbentuk di masa Paleogen (dimulai pada 66 juta tahun lalu dan berakhir pada 23.03 juta tahun lalu) dan periode Neogen (dimulai 23.03 juta tahun lalu dan berakhir 2.58 juta tahun lalu). Menurut dia, dengan menggunakan istilah ilmiah, tempat itu terbentuk melalui proses tektonik disebabkan oleh patahan ekstensional di Laut Jawa dan Kalimantan.
Guna menguatkan teorinya, Dhani mengatakan Pulau Bawean terdiri dari 85 persen batuan beku. Yakni batuan berwarna putih (asam), hitam (basa), dam merah (oksida besi). Menurut dia, fakta itu sesuai dengan penjelasan Plato.
Dari perkiraan Dhani, kota di Pulau Atlantis bentuknya seperti dua cincin api, dan di tengah-tengahnya terletak kerajaan. Beberapa jejak dari Atlantis masih tersisa yakni Pilar Hercules, merupakan penanda batas Atlantis.
Dhani meyakini, Herkules identik dengan Kala atau Batara Kala dalam Bahasa Jawa. Menurut dia, makhluk itu kelahirannya tidak senonoh, dan bertabiat selalu ingin memuaskan selera, kasar, brutal, dan hidup dalam kekerasan. Wajah Kala banyak ditemukan di pintu masuk candi, gerbang, di Jawa dan Bali. Parasnya juga ada di beberapa perahu, jamu, padi, fauna, kelapa, kopi hingga tapai.
Bahkan, Dhani menyatakan Dewa Poseidon dan Dewa Baruna adalah sosok pujaan yang sama. Maknanya adalah penguasa air dan laut. Meski demikian, Dhani belum bisa menunjukkan bukti otentik keberadaan pulau itu. Menurut dia, pulau itu telah tertutup terumbu karang setinggi 60 meter.
"Perlu ada eksplorasi mendalam untuk mengetahui keberadaan Atlantis."
Sumber Artikel : http://www.merdeka.com/peristiwa/misteri-benua-atlantis-terletak-di-indonesia-splitnews-2.html